Jumat, 20 April 2012

PRAKTIKUM GEOMETRIK JALAN RAYA

BAB I

LANDASAN TEORI


 

    Berkembangnya angkutan darat, terutama kendaraan bernotor yang meliputi jenis ukuran dan jumlah maka masalah kelancaran arus lalu lintas, keamanan, kenyamanan, dan daya dukung dari perkerasan jalan harus menjadi perhatian, oleh karena itu perlu perencanaan-perencanaan yang komplit. Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan sebagai akses kerumah-rumah. Dalam lingkup perencanaan geometric tidak termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan, walaupun dimensi dari perkersan merupakan bagian dari perencanaan geometric sebagai bagian dari perencanaan jalan seutuhnya.

Perencanaan Geometrik Jalan adalah perencanaan ruote dari suatu ruas jalan secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan dan data dasar yang ada atau tersedia dari hasil survei lapangan dan telah dianalisis, serta mengacu pada ketentuan yang berlaku.

  • Kelengkapan dan data dasar yang harus disiapkan sebelum mulai melakukan perhitungan/perencanaan, yaitu :
    • Peta planimetri dan peta – peta lainnya (geologi dan tataguna lahan)
    • Criteria perencanaan
  • Ketentuan jarak pandang dan beberapa pertimbangan yang diperlukan sebelum memulai perencanaan, selain didasarkan pada teoritis, juga untuk praktisnya.
  • Elemen perencanaan dalam geometric jalan, yaitu :
    • Alinemen horizontal (situasi/plan)
    • Alinemen vertical (potongan memanjang/profile)
    • Potongan melintang (cross section)
    • Penggambaran

    Jadi tujuan dari perencanaan geomaterik jalan adalah menghasilkan infra struktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan. Ruang, bentuk, dan ukuran jalan dikatakan baik, jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan.

    Yang menjadi dasar perencanaan geometric jalan adalah sifat gerakan dan ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya dan karakteristik arus lalu lintas. Hal-hal tersebut menjadi bahan pertimbangan perencana sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan.

Table – 1.1 Klasifikasi jalan

KLASIFIKASI 

LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA (LHA) dalam smp 

FUNGSI 

KELAS 

UTAMA 

IA 

20.000 

SKUNDER 

IIA 

6.000 sampai 20.000 

 

IIB 

1.500 sampai 8.000 

 

IIC 

2.000 

PENGHUBUNG 

III 

 

Table – 1.2 Klasifikasi jalan

KLASIFIKASI KELAS JALAN

BERAT TEKANAN GANDAR 

I 

7 ton 

II 

5 ton 

III 

3,5 ton 

IIIA 

2,75 ton 

IV 

2 ton 

V 

2 ton 

  1. Jarak Pandang

    "Jarak Pandang'' adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian rupa, sehingga pengemudi melihat suatu halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu (antisipasi) untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman.

    Jarak pandang terdiri dari :

  • Jarak Pandang Henti () dan
  • Jarak Pandang Mendahului ()

Menurut ketentuan Bina Marga, adalah sebagai berikut :

  1. Jarak pandang henti ()
  • Jarak minimum

    Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan di depan. Setiap titik di sepanjang jalan harus memenuhi ketentuan.

  • Asumsi tinggi

    Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi 15 cm, yang diukur dari permukaan jalan.

  • Eleman –

    Jh terdiri atas 2 (dua) elemen jarak, yaitu :

  1. Jarak Tanggap (), adalah jarak yang di tempuh oleh kendaraan sejak pengemudi melihat suatu hlangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi menginja rem, dan
  2. Jarak Pengereman (), adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak ramsampai kendaraan tersebut berhenti.

Rumus yang digunakan :

dalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus :

= + (1.1a)

=                  (1.1b)

Dimana :     = kecepatan rencana (km/jam)

T    = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik

g     = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/

    = koefisien gesek memanjang antara ban kendaraan dengan jalan aspal, ditetapkan 0,28 – 0,45 (menurut AASHTO), akan semakin kecil

jika kecepatan ) semakin tinggi dan sebaliknya (menurut Bina Marga, = 0,35 – 0,55)

Persamaan (1.1a) dapat disederhanakan menjadi

Untuk jalan datar :

= 0,278 T + (1.2)

Untuk dengan kelandaian tertentu :

= 0,278 T + (1.3)

Table - 1.2 menampilkan panjang minimum yang dihitung berdasarkan persamaan (1.2) dengan pembulatan – pembulatan untuk berbagai .

, km/jam  

120 

100 

80 

60 

50 

40 

30 

20 

minimum (m)  

250 

175 

120 

75 

55 

40 

27 

16 

Dari TPGJAK

  1. Jarak Pandang Mendahului ()
  1. Jarak

    adalah jarak pandang yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke jalur semula sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula (lihat gambar – 1.1. di bawah).

    TAHAP PERTAMA


     


     


     


     


     


     


     


     

    TAHAP KEDUA


     


     


     


     


     


     


     

    A = kendaraan yang mendahului

    B = kendaraan yang berlawanan arah

    C = kendaraan yang didahului kendaraan A

  2. Asumsi tinggi

    diukur berdasarkan asumsibahwa tinggi mata pengemudi adalh 105 cm dn tinggi halangan adalah 105 cm.

  3. Rumus yang digunakan

    dalam stuan meter ditentukan sebagai berikut :

    = + (1.4)

    : = jarak yang ditempu selama waktu tanggap (m)

    = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan

    kembali kelajur semula (m)

    = jarak antara kendaraan yang mendhului dengan

kendaraan yang datng dari arah berlawanan setelah

proses mendahului selesai (m)

= jarak yang ditempuh oleh kendaraan yng datang dari arah berlawanan.

Rumus yang digunakan :

= 0,278 (1.5a)

= 0,278 (1.5b)

= antara 30 – 100 m

km/jam 

50 – 65 

65 – 80 

80 – 95 

95 – 110 

(m) 

30 

55 

75 

90 

= (1.5c)

Dimana :     = waktu dalam (detik), ∞ 2,12 + 0,026

    = waktu kendaraan berada di jalur lawan (detik), ∞ 6,65 + 0.048

a = percepatan rata – rata km/jam/detik, (km/jam/detik), ∞ 2,052 + 0,0036

m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap

dan kendaraan yang disiap, (biasanya diambil 10-15 km/jam)

Tabel – 1.3 Panjang Jarak Pandang Mendahului berdasarkan

km/jam 

120 

100 

80 

60 

50 

40 

30 

20 

(m) 

800 

670 

500 

350 

250 

200 

150 

100 

  1. Penyebaran lokasai

    lokasi atau daerah untuk mendahului harus di sepanjang jalan dengan jumlah panjang minimum 30% dari panjang total ruas yang direncanakan.


     


     

    1. Alinyemen Horizontal

      Pada perencanaan alinemen horizontal, umumnya akan ditemui dua jenis bagian jalan, yaitu : bagian lurus, dan bagian lengkung atau umum disebut tikungan yang terdiri dari tiga jenis tikungan yang digunakan, yaitu :

  • Lingkaran (Full Circle = FC)
  • Spiral – Lingkaran – Spiral (Spiral-Circle-Spiral = S – C – S )
  • Spiral – Spiral (S – S)


     

  1. Bagian lurus

Pajang maksimum bagian lurus, harus dapat ditempuh dalam waaktu ≤ 2,5 menit (sesuai ), dengan pertimbangan keselamatn pengemudi akibat dri kelelahan.

Tabel – 1.4 Panjang bagian lurus maksimum

Fungsi  

Panjang Bagian Lurus Maksimum (m) 

Datar 

Bukit 

Gunung 

Arteri 

3.000 

2.500 

2.000 

Kolektor 

2.000 

1.750 

1.500 

  1. Tikungan
  1. Jari-jari minimum

Kendaraan pada saat melalui tikungan dengan kecepatan (V) akan menerima gaya sentrifugal yang menyebabkan kendaraantidak stabil. Untuk mengimbangi gaya sentrifugal tersebut, perlu dibuat suatu kemiringan melintang jalan pada tikungan yang disebut superelevasi (e).

Pada saat kendaraan melalui superelevasi, akan terjadi gesekan arah melingtang jalan antara ban kendaraan dengan permukaan aspal yang menimbulkan gaya normal disebut koefisien gesekan melintang (f).

Rumus umum untuk lengkungan horizontal adalah :

R = (1.6a)

D = × (1.6b)

Dimana : R = jari – jari lengkungan (m)

D = derajat lengkungan )

Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, maka untuk kecepatan tertentu dapat dihitung jari – jari minimum untuk superelevasi maksimum dan koefisien gesekan maksimum.

= (1.7a)

= (1.7b)

Untuk pertimbangan perencanaan, digunakan = 10% dan sesuai gambar - 1.2 yang hasilnya dibulatkan. Untuk berbagi variasi dapat digunakan tabel – 1.4 (lihat Tabel 1.7)


 


 

 

         

 

 

        

 

         

 

    

 

    

 

         

 

         


 


 


 

Gambar – 1.2 : Grafik nilai (f), untuk = 6%, 8%, dan 10% (menurut AASHTO)

Tabel – 1.5 Pajang jari-jari minimum (dibulatkan) untuk = 10%

(km/jam) 

120 

100 

90 

80 

60 

50 

40 

30 

20 

(m) 

600 

370 

280 

210 

115 

80 

50 

30 

15 

Adapun alinyemen horizontal (lengkung peralihan) memiliki berbagai macam cara untuk mengetahui yaitu:


 

  1. Lengkung busur lingkaran sederhana (FC)

Tidak semua lengkung dapat dibuat berbentuk bujur lingkaran sederhana, hanya lengkung dengan radius besar yang diperbolehkan pada tikungan tajam, dimana radius lengkung kecil dan super elevasi yang dibutuhkan besar, lengkung berbentuk lingkaran akan menyebabkan perubahan kemiringan yang besar menyebabkan timbulnya kesan patah pada tepi perkerasan sebelah luar. Efek negatif tersebut dapat dikurangi dengan membuat lengkung peralihan, lengkung busur lingkaran sederhana hanya dapat dipilih untuk radius lengkung yang besar dimana super elevasi yang dibutuhkan kurang atau sama dengan 3%


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Gambar lengkung besar sederhana

Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Tc = Rc tg 0.5 b

Ec = Rc (1-cos 0.5 b) / cos 0.5 b

     = Tc tg ¼ b (dalam derajat)

Lc = 0.01745 b Rc, b dalam derajat

  1. Lengkung busur peralihan (Sepiral-Lingkaran-Spiral)

    Adapun rumaus yang digunakan antara lain:

    qs = 90 Ls/p Rc, derajat

    P = (Ls2/6Rc)-Rc(1 – cos qs)

    K = [Ls – (Ls 3/40 Rc)] - Rc sin qs

    Es = (Rc + P) tg ½ b + K

    Lc = Lc qs p Rc/180

    Le untuk lengkung s-c-s ini sebaliknya ± 20 m

  2. Lengkung sepiral-sepiral

    Lengkung horizontal berbentuk sepiral-sepiral adalah lengkung tanpa busur lengkung sehingga titik sepiral circle berhimpit dengan titik circle spiral. Panjang busur lingkaran Lc = 0 dan qs = ½ b Rc yang harus sedemikian rupa sehingga Ls yang menghasilkan landai relatif minimum yang disyaratkan

    1. Alinyemen Vertikal

      Alinyemen vertikal adalah pemotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sunmbu jalan untuk 2 jalur 2 arah atau melewati tepijalan masing-masing perkersaan jalan dengan median. Sering kali juga disebut denagn penampang memanjang jalan perencanaan alinyemen vertikal dipengaruhi oleh besarnya biaya pembangunan yang tersedia. Alinyemen vertical yang mengikuti muka tanah asli akan mempengaruhi pekerjaan tanah, tetapi saja akan mengakibatkan jalan itu terlalu banyak mempunyai tikungan, tentu saja hal ini tentu sesuai dengan persyaratan yang diberikan sehubungan dengan fungsi jalannya. Penarikan alinyemen sangat dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan antara lain

  3. Kondisi tanah
  4. Fungsi jalan
  5. Keadaan medan
  6. Muka air banjir
  7. Muka air tanah
  8. Kelandaian yang masih memungkinkan

    Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa alinyemen vertikal yang direncanakan berlaku untuk masa panjang, sehingga alinyemen vertikal yang dipilih dapat dengan mudah mengikuti perkembangan lingkungan.

    1. Daya dukung tanah

      Landai permukaan (subface course0)

      Landai pondasi (base course)

      Lapisan bawah (sub grad)


       


       


 

  1. Jalur rencana

Jalaur rencana merupakan merupakan jalur lalu lintas dari suatu jalan raya yang menampung lalu lintas terberas. Jika jalamn raya tidak memiliki tanda batas jalur, maka jumlah jalur ditentukan lebar perkerasan.

  1. Angka ekivalen

Angka ekivalen (E) masing-masing golongan bebean sumbu (setiap kendaraan) tentukan menurut rumus:

    Angka ekivalen sumbu tunggal =

    Angka ekivalen sumbu tunggal = 0.086

  1. Daya dukung tanah

Daya dukung tanah dasar (DDT) di tetapkan berdasarkan grafik kolerasi (grafik IV). Yang dimaksud dengan CBR adalah harga CBR lapangan atau CBR laboratorium biasanya dipakai untuk perencanaan pembangunan baru. Dalam menentukan harga rata-rata CBR dari sejumlah CBR yang diperoleh, maka harga rata-rata di tentukan sebagai berikut

  1. Tentukan harga CBR terendah
  2. Tentukan beberapa banyak harga CBR yang sama dan lebih besar dari masing-masing nilai CBR.
  3. Angka jumlah terbanyak dinyatakan sebagai 100 % jumlah yang lainnya merupakan prosentase 100 %
  4. Di buat grafik hubungan harga CBR dan prosentase jumlah tadi.
  5. Nilai CBr rat-rata adalah yang didapat dari harga prosentase 90 %
  1. Faktor regional

Karena dalam kenyataan dilapangan yang dihadapi akan mungkin tidak sama kondisinya dengan kondisi AASTHO Road test maka perlu diperhatikan apa yang disebut dengan faktor regional sebagai "factor koreksi" sehubungan dengan perbedaan kondisi tersebut. Factor regional hanya dipengaruhi oleh bentuk alinyemen (kelandaian dan tikunga)

  1. Indeks permukaan

Indek permukaan (IP) sebagi ukuran besar dalam menentukan nilai perkerasan di tinjau dari kepentingan lalulintas indeks. Permukaan ini menyatakan nilai dari pada kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalulintas yang lewat. Adapun beberapa nilai IP beserta artinya adalah seperti yang disebut dibawah ini:

    IP = 1,0 menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat sehingga

mengganggu lalulintas kendaraan

    IP = 1,5 menyatakan tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin

(jalan tidak terputus)

IP = 2,0 menyatakan tingkat pelayanan terendah bagi jalan yang masih

mantap

IP = 2,5 menyatakan permukaan jalan masih cukup stabil dan baik

Dalam menentukan indeks permukaan awal umur rencana (Ipo) perlu diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan/kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana.


 

  1. Jembatan (Bridges)

Jembatan jalan raya dikelompokan menjadi dua golongan ; yang pertama dipakai oleh lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki di atas sungai besar dan badan air lainya ; yang lainya memisahkan pergerakan lalu lintas pada simpang susun atau memisahkan jalan atau pejalan kaki melalui lalu lintas atas (overcrossing) atau lintas bawah (undercrossing).

Walaupun jumlahnya relative sedikit, namun tiap jembatan menimbulkan masalah yang unik untuk memerlukan biaya yang besar. Di amerika serikat, disain jembatan dianggap sebagai suatu fungsi tersendiri dan biasanya dilakukan oleh bagian yang terpisah dari jawatan pengelolahan jalan raya. Kadang – kadang, seorang insiyur swasta dipanggil untuk member sarana pemecahan persoalan rumit yang khusus dan beberapa pengelola jalan menyerahkan desain lengkap terhadap konsultan.

Insinyur jembatan jalan raya menggunakan perangkat analisis yang sama seperti insinyur struktur lainya, perbedaan utama terletak pada persyaratan ruang bebas dan pembebannan.


 


 


 


 


 

BAB II


 

ANALISA PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

  1. Perencanaan Trase Jalan

    Koordinat titik :

    Titik A = (12.000, 12.700)

    Titik = (14.500, 14.700)

    Titik = (13.100, 17.500)

    Titik B = (14.500, 18.500)

    1. Menghitung delta (∆)

      Titik

      Arc tg = =

      = Arc tg = =

      ∆= - = - =

      Titik

      = Arc tg = =

      = Arc tg = =

      = - = -=

    2. Menghitung jarak

      dA - =

      =

      = 3201,56 m

      d =

      =

      = 5000 m

      d – B =

      =

      = 1720,465 m

    Jarak Total A – B

    dA – B = (dA - ) + (d-) + (-B)

    =(3201,56 + 5000 + 1720,465)

    = 9922,025 m

    = 9,922 Km

  2. Lalu Lintas Harian Rata-Rata
  • LHR pada awal pelaksanaan 2010 I = 0,07 ( n = 1 tahun )

    a. Sepeda Motor    = ( 1+0,07 ) ´ 1000

        = 1070 buah/hari/2 jalur

b. Mobil Penumpang = ( 1+0,07 ) ´ 950        

        =959,5 buah/hari/2 jalur

c. Truk 2 AS 8 T     = ( 1+0,07 )
´ 550     

    = 588,5 buah/hari/2 jalur

d. Truk 2 AS 13 T     = ( 1+0,07 ) ´ 400     

= 428 buah/hari/2 jalur

e Bus 8 T     = ( 1+0,07 ) ´ 400     

= 428 buah/hari/2 jalur

LHRT    =

=

=

= 3474,05 buah/tahun/2 jalur

  • LHR untuk rencana per hari

    a. Sepeda Motor    = ( 1+0,07 ) ´ 1000        

            = 1070 buah/hari/2 jalur

    b. Mobil Penumpang    = ( 1+0,07 ) ´ 950         

            = 959,5 buah/hari/2 jalur


 

    c. Truk 2 AS 8 T     = ( 1+0,07 ) ´ 550          

        = 588,5 buah/hari/2 jalur

    d. Truk 2 AS 13 T    = ( 1+0,07 ) ´ 400     

            = 428 buah/hari/2 jalur

    e. Bus 8 T = ( 1+0,07 ) ´ 400     

        = 428 buah/hari/2 jalur

LHR         =

        =

        =9,52 buah/hari/2 jalur

  1. Untuk operasi ekiavalen akhir rencana

    a. Sepeda Motor     = 1 ´ 1070         = 1070

    b. Mobil Penumpang     = 1 ´ 959,5             = 959,5

    c Truk 2 AS 8 T    = 2,5 ´ 588,5    = 1471,25

d. Truk 2 AS 13    = 3 ´ 428         = 1284

  • Bus 8 T     = 3 ´ 428         = 1284    +

    Jumlah                 = 6068,75 smp

  1. Klasifikasi jalan

Dari data awal maka klasiikasi jala dapat ditentukan berdasrkan perncanaan geometrik jalan sebagai berikut :

-    Jalan            = Jalan Sekunder

-    LHR kendaraan/jam    = 1000-2000 smp

  • Kecepatan rencana    = 80 km/jam
  • medan             = Datar


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB III

ALINYEMEN HORIZONTAL

  1. Perhitungan Alinyemen Horisontal

Point interseation ( A1 )

     VR     = 80 km/jam

R min    = 300 m

     Ln     = 2 %

     1     =

Perencanaan berdasarkan data diatas

     Rc    = 318 m

     Ls    = 70 Km/jam

     e     = 0,088

     D     = 4.50

Ls min = 0,022. ; dimana C = 0,4 m/dt3

         = 0,022 ´

            = 40.55 m

Kontrol Ls………….Ls min < Ls

    qs = » 6°

  1. Menghitung Komponen Tikungan Jenis FC (Full Circle)

    Dari titik A-

    Rc = 318 m, ∆ =

    Tc = Rc tan . ∆

    = 318 tan

    = 533,87 m

    Ec = Tc tan .∆

    = 533,87 tan . (118,44)

    = 303,40 m

    Lc =

    =

    = 1031,53 m

    Dari titik -B

    Rc = 318 m, ∆ =

    Tc = Rc tan . ∆

    = 318 tan . ()

    = - 265,98 m

    Ec = Tc tan . ∆

    = - 265,98 tan . (

    =96,57 m

Lc=


=

= 5575,53 m

Mencari posisi titik-titik tikungan

Sta A = 0 + 000

Sta TC = Sta A + – Tc

= (0 + 000) + 3201,56 – 533,87

= 0 + 2667,65

Sta CT= Sta TC + Lc

= (0 + 2667,65) + 1031,53

= 0 + 3699,18

Sta B = Sta CT – Tc +

= (0 + 3699,18) – 2667,65 + 1720,465

= 0 + 2751,995 m

  1. Menghitung Komponen Tikungan Jenis SS (Spiral – Spiral)

Dari titik A -

= . ∆

= . 118,44

=

Ls=

=

= 657,03 m

= 2 . Ls

= 2 . 657,03

= 1314,06 m

Ts= ( R + P ) tan . ∆ + K

= (318 + 0.0829) tan . 118,44 + 0,4826

= 319,78 m

Es = ( R + P ) sec . ∆ + K

= ( 318 + 0,0829) sec . 118,44 + 0,4826

= 318,05 m

Dari titik -B

=

= . 640,18

=

Ls =

=

=3551,29 m

= 2 . Ls

= 2 . 3551,29

= 7102,58 m

Ts = ( R + P ) tan . ∆ + K

= (318 + 0.0529) tan . 640,18 + 0,2826

=- 264,70 m

Es = ( R + P ) sec . ∆ + K

= ( 318 + 0,0529) sec . 640,18 + 0,2826

= 318,01 m

  1. Diagram Superelevasi


Lebar perkerasan             = 2 x 3

Lereng melintang perkerasan        = 2 % x 3 = 0,06

Lebar bahu                = 2 x 1

Lereng normal                = 2 %

L max                    = 4 %

E max             = 10 %

E pakai             = 9,8 %

  • Elevasi pada titik A1
    • Potongan I elevasi kiri    = 145 – 0,06     = 144,94
    • Potongan I elevasi kanan    = 145 – 0,06      = 144,94
    • Potongan II elevasi kiri        = 145
    • Potongan II elevasi kanan     = 145 – 0,06     = 144,94
    • Potongan III elevasi kiri    = 145 + 0,06     = 145,06
    • Potongan III elevasi kanan     = 145 – 0,06 = 144,94
    • Potongan IV elevasi kiri    = 145 + 0,343 = 145,343
    • Potongan IV elevasi kanan     = 145 – 0,343 = 144,657
  • Elevasi pada titik A2
    • Potongan I elevasi kiri    = 160 – 0,06        = 159,94
    • Potongan I elevasi kanan    = 160 – 0,06     = 159,94
    • Potongan II elevasi kiri        = 160
    • Potongan II elevasi kanan     = 160 – 0,06     = 159,94
    • Potongan III elevasi kiri    = 160 + 0,06        = 160,06
    • Potongan III elevasi kanan     = 160 – 0,06     = 159,94
    • Potongan IV elevasi kiri    = 160 + 0,343     = 160,343
    • Potongan IV elevasi kanan     = 160 – 0,343     = 159,657
  • Elevasi pada titik B
    • Potongan I elevasi kiri    = 164 – 0,06     = 163,94
    • Potongan I elevasi kanan         = 164 – 0,06 = 163,94
    • Potongan II elevasi kiri        = 164
    • Potongan II elevasi kanan     = 164 – 0,06 = 163,94
    • Potongan III elevasi kiri        = 164 + 0,06 = 164,06
    • Potongan III elevasi kanan     = 164 – 0,06 = 163,94
    • Potongan IV elevasi kiri        = 164 + 0,343 = 164,343
    • Potongan IV elevasi kanan     = 164 – 0,343 = 164,657

    Pelebaran perkerasan tikungan ( bagian dalam )

    B    =

        =

        = 2,721

Lebar perkerasan pada tikungan

Z    = 0,105

    = 0,105

    = 0,067

C    = lebar perkerasan samping kiri dan kanan

    = 1,0


 

Tebal total perkerasan di tikungan

Bt    = n ( B + C ) + Z

    = 2 ( 2,721 + 1 ) + 0,067

    = 7,509 m

Tambahan lebar di tikungan

    = Bt – Bn

    = 7,509 – 7

    = 0,509 m


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB IV

ALINYEMEN VERTIKAL

  1. Perhitungan Alinyemen Vertikal
    1. Perhitungan kelandaian


 

  • Sta G1 0 + 12000    = 100

    `    0 + 12700    =         = - 6,57 %     (naik)

  • Sta G2    0 + 12700    = 146

        0 + 13000    =     = - 0,5 %     (naik)

  • Sta G3    0 + 12700    = 147,5

        0 + 13250    =     = - 0,45 %     (naik)

  • Sta G4    0 + 12700    = 150

        0 + 13500    =         = 0 %        (rata)

  • Sta G5    0 + 12700    = 150

        0 + 13750    =         = 0,095 %     (turun)

  • Sta G6    0 + 12700    = 151

        0 + 14000    =     = 0,077 %    (turun)

  • Sta G7    0 + 12700    = 152

        0 + 14250    =         = 0,065 %    (turun)

  • Sta G8    0 + 12700    = 153

        0 + 14500    =        = 0,056 %    (turun)

  • Sta G9 0 + 14500    = 155

        0 + 14600    =         = 0 %        (rata)

  • Sta G10 0 + 14500    = 155

         0 + 15000    =        = - 0,2 %    (naik)

  • Sta G11 0 + 14250    = 156

         0 + 15400    =        = - 0,087 %    (naik)

  • Sta G12 0 + 14000    = 157

         0 + 15750    =        = - 0,057 %    (naik)

  • Sta G13 0 + 13750    = 158

         0 + 16150    =        = - 0,042 %    (naik)

  • Sta G14 0 + 13650    = 159

         0 + 16500    =        = 0,035 %    (naik)

  • Sta G15 0 + 13500    = 160

         0 + 16850    =        = 0 %        (rata)

  • Sta G16 0 + 13750    = 160

         0 + 17200    =        = 0 %        (rata)

  • Sta G17 0 + 13200    = 160

         0 + 17500    =     = - 0,023 %    (turun)

  • Sta G18 0 + 13400    = 161

         0 + 17750    =        = - 0,023 %    (turun)

  • Sta G19    0 + 13750    = 162

        0 + 18000    =        = - 0,024%    (turun)

  • Sta G20 0 + 14100    = 163

         0 + 18200    =         = - 0,24 %    (turun)

  • Sta G21 0 + 14500    = 165

         0 + 18500    =         = 0 %        (rata)

  1. Perhitungan alinyemen vertikal di tikungan

    Vr         = 80 km/jam

    R min        = 300 m

    Rc        = 318 m

    D henti        = 77,1 m

  • Sta AI 0 + 100 ( elevasi + 145,00 ) PPV

    D     = g9 – g10

            = 0 – (- 0,2)

            = 0,2 % = 2

    LV    =

            =

            = 37,386

        Ev    =

            =

            = 0,094

    Plv    = STA + L -

            = 0 + 100 -

            = 81,307

    Pv    = 0 + 100

    Elevasi     = 145 – 0,094

            = 144,906

    Ptv    = STA + L +

            = 0 + 100 +

            = 118,693

  • Sta A2 0 + 4300 ( elevasi + 160,00 ) PPV

    D     = g19 – g18

            = (-0,024) – (-0,023)

            = 1 %

    LV    =

            =

            = 18,693

        Ev    =

            =

            = 0,023

    Plv    = STA + L -

            = 0 + 4300 -

            = 4290,654

    Pv    = 0 + 4300

    Elevasi     = 160 – 0,023

            = 159,977

    Ptv    = STA + L +

            = 0 + 4300 +

            = 4309,346

  1. Menghitung volume galian dan timbunan

Perhitungan    : ½ x jarak stasiun x tinggi elevasi x (lebar jalan + lebar bahu jalan)

No  

Stasiun  

Volume ()

Galian  

Timbunan  

1 

0 + 000 - 0 + 400 

30000 

- 

2 

0 + 400 - 0 + 800 

30000 

- 

3 

0 + 800 - 1 + 200 

30000 

- 

4 

1 + 200 - 1 + 601

- 

30075 

5 

1 + 601 - 2 + 001 

- 

30000 

6 

2 + 001 - 2 + 401 

- 

30000 

7 

2 + 401 - 2 + 801 

- 

30000 

8 

2 + 801 - 3 + 202 

- 

30075 

9 

3 + 202 - 3 + 202 

- 

- 

10 

3 + 202 - 3 + 827 

- 

46875 

11 

3 + 827 - 3 + 827 

- 

- 

12 

3 + 827 - 4 + 442

- 

28875 

13 

4 + 442 - 4 + 442 

- 

- 

14 

4 + 442 - 4 + 442 

- 

- 

15 

4 + 442 - 4 + 442 

- 

- 

16 

4 + 442 - 5 + 000 

- 

41850 

17 

5 + 000 - 7 + 480 

186000 

- 

18 

7 + 480 - 9 + 960 

186000 

- 

19 

9 + 960 - 9 + 960 

- 

- 

20 

9 + 960 - 9 + 922 

2850 

- 

21 

9 + 922 - 9 + 922

- 

- 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

TUGAS TERSTRUKTUR LAPORAN

PRAKTIKUM PERENCANAAN GEOMERIK JALAN RAYA


 

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan

Pendidikan Strata I Program Studi Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purwokerto


 


 

Pengampu :

JUANITA, ST.MT



 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Disusun oleh:


 

TRI BAGUS WIDODO

(0603010003)


 


 


 

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2010


 


 


 


 


 


 


 


 

ÉOó¡Î0
«!$#
ÇuH÷q§9$#
É
Ïm§9$#

KATA PENGANTAR

Syukur alkhamdulilah saya panjatkan kehadirat allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Perencanaan Geometrik Jalan yang telah kami laksanakan melalui bimbingan dan pembelajaran dari pengampu bersangkutan.

Setelah kami melaksanakan dan menyelesaikan praktikum Perencanaan Geometrik Jalan yang meliputi perencanaan trase jalan, dari percobaan dan penelitian tersebut, maka kami dapat menyusun laporan praktikum tersebut meskipun dengan keterbatasan – keterbatasan yang ada.

Dalam penyusunan laporan ini, kami banyak mendapatkan bantuan, kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami sampaikan trimakasih kepada :

  1. Ibu JUANITA, ST.MT selaku dosen pengampu, pembimbing praktikum Perencanaan Geometrik Jalan.
  2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun laporan ini, semoga allah SWT memberikan taufik dab hidayahNya kepada kita semua. Dikarenakan keterbatasan kami, mungkin laporan ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Untuk itu kami selaku penulis mohon maaf yang sebesar – besarnya dan kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun atau memperbaikinya supaya lebih baik lagi menyusun laporan praktikum kedepannya.


 

Purwokerto, 2010


 

TRI BAGUS WIDODO, ST.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

DAFTAR ISI


 

LEMBAR PENGESAHAN        I

LEMBAR SOAL....................................        II

LEMBAR PETA..............................................................................................        III

LEMBAR ASISTENSI...........................................................................................        IV

DAFTAR ISI......................................................................................................        V

KATA PENGANTAR...............................................................................................         VI

BAB I. LANDASAN TEORI        1

  1. Jarak Pandang        2
  2. Alimyemen Horizontal...................................................................................         6
  3. Alinyemen Vertikal........................................................................................         10
  4. Jembatan.........................................................................................................        12

BAB II. ANALISA PERENCANAAN TRASE JALAN..........................................        13

  1. Perencanaan Trase Jalan        13
  2. Lalu Lintas Harian Rata – Rata         14
    1. Operasion ekiavalen akhir rencana        15
    2. Klasifikasi jalan..................................................................................        15

BAB III. ALINYEMEN HORISONTAL.................................................................        16

  1. Perhitungan Alinyemen Horizontal        16
  2. Menghitung Komponen Tikungan Jenis FC (Full Circle).............................        17
  3. Menghitung Komponen Tikungan Jenis SS (Spiral-Spiral)..........................        18
  4. Digram Superelevasi.....................................................................................        19

BAB IV. ALINYEMEN VERTIKAL......................................................................        22

  1. Perhitungan Alinyemen Vertikal        22
    1. Perhitungan kelandaian        22
    2. Perhitungan alinyemen vertikal di tikungan.........................................        23
    3. Perhitungan volume galian dan timbunan............................................        27

LAMPIRAN

  1. GAMBAR PLAN PROFIL        
  2. GAMBAR JEMBATAN    
  3. DAFTAR PUSTAKA