BAB I
LANDASAN TEORI
Berkembangnya angkutan darat, terutama kendaraan bernotor yang meliputi jenis ukuran dan jumlah maka masalah kelancaran arus lalu lintas, keamanan, kenyamanan, dan daya dukung dari perkerasan jalan harus menjadi perhatian, oleh karena itu perlu perencanaan-perencanaan yang komplit. Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan sebagai akses kerumah-rumah. Dalam lingkup perencanaan geometric tidak termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan, walaupun dimensi dari perkersan merupakan bagian dari perencanaan geometric sebagai bagian dari perencanaan jalan seutuhnya.
Perencanaan Geometrik Jalan adalah perencanaan ruote dari suatu ruas jalan secara lengkap, meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan dan data dasar yang ada atau tersedia dari hasil survei lapangan dan telah dianalisis, serta mengacu pada ketentuan yang berlaku.
- Kelengkapan dan data dasar yang harus disiapkan sebelum mulai melakukan perhitungan/perencanaan, yaitu :
- Peta planimetri dan peta – peta lainnya (geologi dan tataguna lahan)
- Criteria perencanaan
- Ketentuan jarak pandang dan beberapa pertimbangan yang diperlukan sebelum memulai perencanaan, selain didasarkan pada teoritis, juga untuk praktisnya.
- Elemen perencanaan dalam geometric jalan, yaitu :
- Alinemen horizontal (situasi/plan)
- Alinemen vertical (potongan memanjang/profile)
- Potongan melintang (cross section)
- Penggambaran
Jadi tujuan dari perencanaan geomaterik jalan adalah menghasilkan infra struktur yang aman, efisiensi pelayanan arus lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan. Ruang, bentuk, dan ukuran jalan dikatakan baik, jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan.
Yang menjadi dasar perencanaan geometric jalan adalah sifat gerakan dan ukuran kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya dan karakteristik arus lalu lintas. Hal-hal tersebut menjadi bahan pertimbangan perencana sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan.
Table – 1.1 Klasifikasi jalan
KLASIFIKASI | LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA (LHA) dalam smp | |
FUNGSI | KELAS | |
UTAMA | IA | 20.000 |
SKUNDER | IIA | 6.000 sampai 20.000 |
IIB | 1.500 sampai 8.000 | |
IIC | 2.000 | |
PENGHUBUNG | III |
Table – 1.2 Klasifikasi jalan
KLASIFIKASI KELAS JALAN | BERAT TEKANAN GANDAR |
I | 7 ton |
II | 5 ton |
III | 3,5 ton |
IIIA | 2,75 ton |
IV | 2 ton |
V | 2 ton |
- Jarak Pandang
"Jarak Pandang'' adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian rupa, sehingga pengemudi melihat suatu halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu (antisipasi) untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman.
Jarak pandang terdiri dari :
- Jarak Pandang Henti () dan
- Jarak Pandang Mendahului ()
Menurut ketentuan Bina Marga, adalah sebagai berikut :
- Jarak pandang henti ()
- Jarak minimum
Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan di depan. Setiap titik di sepanjang jalan harus memenuhi ketentuan.
- Asumsi tinggi
Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi 15 cm, yang diukur dari permukaan jalan.
- Eleman –
Jh terdiri atas 2 (dua) elemen jarak, yaitu :
- Jarak Tanggap (), adalah jarak yang di tempuh oleh kendaraan sejak pengemudi melihat suatu hlangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi menginja rem, dan
- Jarak Pengereman (), adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak ramsampai kendaraan tersebut berhenti.
Rumus yang digunakan :
dalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus :
= + (1.1a)
= (1.1b)
Dimana : = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/
= koefisien gesek memanjang antara ban kendaraan dengan jalan aspal, ditetapkan 0,28 – 0,45 (menurut AASHTO), akan semakin kecil
jika kecepatan ) semakin tinggi dan sebaliknya (menurut Bina Marga, = 0,35 – 0,55)
Persamaan (1.1a) dapat disederhanakan menjadi
Untuk jalan datar :
= 0,278 T + (1.2)
Untuk dengan kelandaian tertentu :
= 0,278 T + (1.3)
Table - 1.2 menampilkan panjang minimum yang dihitung berdasarkan persamaan (1.2) dengan pembulatan – pembulatan untuk berbagai .
, km/jam | 120 | 100 | 80 | 60 | 50 | 40 | 30 | 20 |
minimum (m) | 250 | 175 | 120 | 75 | 55 | 40 | 27 | 16 |
Dari TPGJAK
- Jarak Pandang Mendahului ()
- Jarak
adalah jarak pandang yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke jalur semula sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula (lihat gambar – 1.1. di bawah).
TAHAP PERTAMA
TAHAP KEDUA
A = kendaraan yang mendahului
B = kendaraan yang berlawanan arah
C = kendaraan yang didahului kendaraan A
- Asumsi tinggi
diukur berdasarkan asumsibahwa tinggi mata pengemudi adalh 105 cm dn tinggi halangan adalah 105 cm.
- Rumus yang digunakan
dalam stuan meter ditentukan sebagai berikut :
= + (1.4)
: = jarak yang ditempu selama waktu tanggap (m)
= jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan
kembali kelajur semula (m)
= jarak antara kendaraan yang mendhului dengan
kendaraan yang datng dari arah berlawanan setelah
proses mendahului selesai (m)
= jarak yang ditempuh oleh kendaraan yng datang dari arah berlawanan.
Rumus yang digunakan :
= 0,278 (1.5a)
= 0,278 (1.5b)
= antara 30 – 100 m
km/jam | 50 – 65 | 65 – 80 | 80 – 95 | 95 – 110 |
(m) | 30 | 55 | 75 | 90 |
= (1.5c)
Dimana : = waktu dalam (detik), ∞ 2,12 + 0,026
= waktu kendaraan berada di jalur lawan (detik), ∞ 6,65 + 0.048
a = percepatan rata – rata km/jam/detik, (km/jam/detik), ∞ 2,052 + 0,0036
m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap
dan kendaraan yang disiap, (biasanya diambil 10-15 km/jam)
Tabel – 1.3 Panjang Jarak Pandang Mendahului berdasarkan
km/jam | 120 | 100 | 80 | 60 | 50 | 40 | 30 | 20 |
(m) | 800 | 670 | 500 | 350 | 250 | 200 | 150 | 100 |
- Penyebaran lokasai
lokasi atau daerah untuk mendahului harus di sepanjang jalan dengan jumlah panjang minimum 30% dari panjang total ruas yang direncanakan.
- Alinyemen Horizontal
Pada perencanaan alinemen horizontal, umumnya akan ditemui dua jenis bagian jalan, yaitu : bagian lurus, dan bagian lengkung atau umum disebut tikungan yang terdiri dari tiga jenis tikungan yang digunakan, yaitu :
- Lingkaran (Full Circle = FC)
- Spiral – Lingkaran – Spiral (Spiral-Circle-Spiral = S – C – S )
- Spiral – Spiral (S – S)
- Bagian lurus
Pajang maksimum bagian lurus, harus dapat ditempuh dalam waaktu ≤ 2,5 menit (sesuai ), dengan pertimbangan keselamatn pengemudi akibat dri kelelahan.
Tabel – 1.4 Panjang bagian lurus maksimum
Fungsi | Panjang Bagian Lurus Maksimum (m) | ||
Datar | Bukit | Gunung | |
Arteri | 3.000 | 2.500 | 2.000 |
Kolektor | 2.000 | 1.750 | 1.500 |
- Tikungan
- Jari-jari minimum
Kendaraan pada saat melalui tikungan dengan kecepatan (V) akan menerima gaya sentrifugal yang menyebabkan kendaraantidak stabil. Untuk mengimbangi gaya sentrifugal tersebut, perlu dibuat suatu kemiringan melintang jalan pada tikungan yang disebut superelevasi (e).
Pada saat kendaraan melalui superelevasi, akan terjadi gesekan arah melingtang jalan antara ban kendaraan dengan permukaan aspal yang menimbulkan gaya normal disebut koefisien gesekan melintang (f).
Rumus umum untuk lengkungan horizontal adalah :
R = (1.6a)
D = × (1.6b)
Dimana : R = jari – jari lengkungan (m)
D = derajat lengkungan )
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, maka untuk kecepatan tertentu dapat dihitung jari – jari minimum untuk superelevasi maksimum dan koefisien gesekan maksimum.
= (1.7a)
= (1.7b)
Untuk pertimbangan perencanaan, digunakan = 10% dan sesuai gambar - 1.2 yang hasilnya dibulatkan. Untuk berbagi variasi dapat digunakan tabel – 1.4 (lihat Tabel 1.7)
| |||||||||
|
| ||||||||
| |||||||||
|
| ||||||||
| |||||||||
|
Gambar – 1.2 : Grafik nilai (f), untuk = 6%, 8%, dan 10% (menurut AASHTO)
Tabel – 1.5 Pajang jari-jari minimum (dibulatkan) untuk = 10%
(km/jam) | 120 | 100 | 90 | 80 | 60 | 50 | 40 | 30 | 20 |
(m) | 600 | 370 | 280 | 210 | 115 | 80 | 50 | 30 | 15 |
Adapun alinyemen horizontal (lengkung peralihan) memiliki berbagai macam cara untuk mengetahui yaitu:
- Lengkung busur lingkaran sederhana (FC)
Tidak semua lengkung dapat dibuat berbentuk bujur lingkaran sederhana, hanya lengkung dengan radius besar yang diperbolehkan pada tikungan tajam, dimana radius lengkung kecil dan super elevasi yang dibutuhkan besar, lengkung berbentuk lingkaran akan menyebabkan perubahan kemiringan yang besar menyebabkan timbulnya kesan patah pada tepi perkerasan sebelah luar. Efek negatif tersebut dapat dikurangi dengan membuat lengkung peralihan, lengkung busur lingkaran sederhana hanya dapat dipilih untuk radius lengkung yang besar dimana super elevasi yang dibutuhkan kurang atau sama dengan 3%
Gambar lengkung besar sederhana
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Tc = Rc tg 0.5 b
Ec = Rc (1-cos 0.5 b) / cos 0.5 b
= Tc tg ¼ b (dalam derajat)
Lc = 0.01745 b Rc, b dalam derajat
- Lengkung busur peralihan (Sepiral-Lingkaran-Spiral)
Adapun rumaus yang digunakan antara lain:
qs = 90 Ls/p Rc, derajat
P = (Ls2/6Rc)-Rc(1 – cos qs)
K = [Ls – (Ls 3/40 Rc)] - Rc sin qs
Es = (Rc + P) tg ½ b + K
Lc = Lc qs p Rc/180
Le untuk lengkung s-c-s ini sebaliknya ± 20 m
- Lengkung sepiral-sepiral
Lengkung horizontal berbentuk sepiral-sepiral adalah lengkung tanpa busur lengkung sehingga titik sepiral circle berhimpit dengan titik circle spiral. Panjang busur lingkaran Lc = 0 dan qs = ½ b Rc yang harus sedemikian rupa sehingga Ls yang menghasilkan landai relatif minimum yang disyaratkan
- Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertikal adalah pemotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sunmbu jalan untuk 2 jalur 2 arah atau melewati tepijalan masing-masing perkersaan jalan dengan median. Sering kali juga disebut denagn penampang memanjang jalan perencanaan alinyemen vertikal dipengaruhi oleh besarnya biaya pembangunan yang tersedia. Alinyemen vertical yang mengikuti muka tanah asli akan mempengaruhi pekerjaan tanah, tetapi saja akan mengakibatkan jalan itu terlalu banyak mempunyai tikungan, tentu saja hal ini tentu sesuai dengan persyaratan yang diberikan sehubungan dengan fungsi jalannya. Penarikan alinyemen sangat dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan antara lain
- Kondisi tanah
- Fungsi jalan
- Keadaan medan
- Muka air banjir
- Muka air tanah
- Kelandaian yang masih memungkinkan
Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa alinyemen vertikal yang direncanakan berlaku untuk masa panjang, sehingga alinyemen vertikal yang dipilih dapat dengan mudah mengikuti perkembangan lingkungan.
- Daya dukung tanah
Landai permukaan (subface course0)
Landai pondasi (base course)
Lapisan bawah (sub grad)
- Jalur rencana
Jalaur rencana merupakan merupakan jalur lalu lintas dari suatu jalan raya yang menampung lalu lintas terberas. Jika jalamn raya tidak memiliki tanda batas jalur, maka jumlah jalur ditentukan lebar perkerasan.
- Angka ekivalen
Angka ekivalen (E) masing-masing golongan bebean sumbu (setiap kendaraan) tentukan menurut rumus:
Angka ekivalen sumbu tunggal =
Angka ekivalen sumbu tunggal = 0.086
- Daya dukung tanah
Daya dukung tanah dasar (DDT) di tetapkan berdasarkan grafik kolerasi (grafik IV). Yang dimaksud dengan CBR adalah harga CBR lapangan atau CBR laboratorium biasanya dipakai untuk perencanaan pembangunan baru. Dalam menentukan harga rata-rata CBR dari sejumlah CBR yang diperoleh, maka harga rata-rata di tentukan sebagai berikut
- Tentukan harga CBR terendah
- Tentukan beberapa banyak harga CBR yang sama dan lebih besar dari masing-masing nilai CBR.
- Angka jumlah terbanyak dinyatakan sebagai 100 % jumlah yang lainnya merupakan prosentase 100 %
- Di buat grafik hubungan harga CBR dan prosentase jumlah tadi.
- Nilai CBr rat-rata adalah yang didapat dari harga prosentase 90 %
- Faktor regional
Karena dalam kenyataan dilapangan yang dihadapi akan mungkin tidak sama kondisinya dengan kondisi AASTHO Road test maka perlu diperhatikan apa yang disebut dengan faktor regional sebagai "factor koreksi" sehubungan dengan perbedaan kondisi tersebut. Factor regional hanya dipengaruhi oleh bentuk alinyemen (kelandaian dan tikunga)
- Indeks permukaan
Indek permukaan (IP) sebagi ukuran besar dalam menentukan nilai perkerasan di tinjau dari kepentingan lalulintas indeks. Permukaan ini menyatakan nilai dari pada kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalulintas yang lewat. Adapun beberapa nilai IP beserta artinya adalah seperti yang disebut dibawah ini:
IP = 1,0 menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat sehingga
mengganggu lalulintas kendaraan
IP = 1,5 menyatakan tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin
(jalan tidak terputus)
IP = 2,0 menyatakan tingkat pelayanan terendah bagi jalan yang masih
mantap
IP = 2,5 menyatakan permukaan jalan masih cukup stabil dan baik
Dalam menentukan indeks permukaan awal umur rencana (Ipo) perlu diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan/kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana.
- Jembatan (Bridges)
Jembatan jalan raya dikelompokan menjadi dua golongan ; yang pertama dipakai oleh lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki di atas sungai besar dan badan air lainya ; yang lainya memisahkan pergerakan lalu lintas pada simpang susun atau memisahkan jalan atau pejalan kaki melalui lalu lintas atas (overcrossing) atau lintas bawah (undercrossing).
Walaupun jumlahnya relative sedikit, namun tiap jembatan menimbulkan masalah yang unik untuk memerlukan biaya yang besar. Di amerika serikat, disain jembatan dianggap sebagai suatu fungsi tersendiri dan biasanya dilakukan oleh bagian yang terpisah dari jawatan pengelolahan jalan raya. Kadang – kadang, seorang insiyur swasta dipanggil untuk member sarana pemecahan persoalan rumit yang khusus dan beberapa pengelola jalan menyerahkan desain lengkap terhadap konsultan.
Insinyur jembatan jalan raya menggunakan perangkat analisis yang sama seperti insinyur struktur lainya, perbedaan utama terletak pada persyaratan ruang bebas dan pembebannan.
BAB II
ANALISA PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
- Perencanaan Trase Jalan
Koordinat titik :
Titik A = (12.000, 12.700)
Titik = (14.500, 14.700)
Titik = (13.100, 17.500)
Titik B = (14.500, 18.500)
- Menghitung delta (∆)
Titik
Arc tg = =
= Arc tg = =
∆= - = - =
Titik
= Arc tg = =
= Arc tg = =
= - = -=
- Menghitung jarak
dA - =
=
= 3201,56 m
d =
=
= 5000 m
d – B =
=
= 1720,465 m
Jarak Total A – B
dA – B = (dA - ) + (d-) + (-B)
=(3201,56 + 5000 + 1720,465)
= 9922,025 m
= 9,922 Km
- Lalu Lintas Harian Rata-Rata
- LHR pada awal pelaksanaan 2010 I = 0,07 ( n = 1 tahun )
a. Sepeda Motor = ( 1+0,07 ) ´ 1000
= 1070 buah/hari/2 jalur
b. Mobil Penumpang = ( 1+0,07 ) ´ 950
=959,5 buah/hari/2 jalur
c. Truk 2 AS 8 T = ( 1+0,07 )
´ 550
= 588,5 buah/hari/2 jalur
d. Truk 2 AS 13 T = ( 1+0,07 ) ´ 400
= 428 buah/hari/2 jalur
e Bus 8 T = ( 1+0,07 ) ´ 400
= 428 buah/hari/2 jalur
LHRT =
=
=
= 3474,05 buah/tahun/2 jalur
- LHR untuk rencana per hari
a. Sepeda Motor = ( 1+0,07 ) ´ 1000
= 1070 buah/hari/2 jalur
b. Mobil Penumpang = ( 1+0,07 ) ´ 950
= 959,5 buah/hari/2 jalur
c. Truk 2 AS 8 T = ( 1+0,07 ) ´ 550
= 588,5 buah/hari/2 jalur
d. Truk 2 AS 13 T = ( 1+0,07 ) ´ 400
= 428 buah/hari/2 jalur
e. Bus 8 T = ( 1+0,07 ) ´ 400
= 428 buah/hari/2 jalur
LHR =
=
=9,52 buah/hari/2 jalur
- Untuk operasi ekiavalen akhir rencana
a. Sepeda Motor = 1 ´ 1070 = 1070
b. Mobil Penumpang = 1 ´ 959,5 = 959,5
c Truk 2 AS 8 T = 2,5 ´ 588,5 = 1471,25
d. Truk 2 AS 13 = 3 ´ 428 = 1284
- Bus 8 T = 3 ´ 428 = 1284 +
Jumlah = 6068,75 smp
- Klasifikasi jalan
Dari data awal maka klasiikasi jala dapat ditentukan berdasrkan perncanaan geometrik jalan sebagai berikut :
- Jalan = Jalan Sekunder
- LHR kendaraan/jam = 1000-2000 smp
- Kecepatan rencana = 80 km/jam
- medan = Datar
BAB III
ALINYEMEN HORIZONTAL
- Perhitungan Alinyemen Horisontal
Point interseation ( A1 )
VR = 80 km/jam
R min = 300 m
Ln = 2 %
1 =
Perencanaan berdasarkan data diatas
Rc = 318 m
Ls = 70 Km/jam
e = 0,088
D = 4.50
Ls min = 0,022. ; dimana C = 0,4 m/dt3
= 0,022 ´
= 40.55 m
Kontrol Ls………….Ls min < Ls
qs = » 6°
- Menghitung Komponen Tikungan Jenis FC (Full Circle)
Dari titik A-
Rc = 318 m, ∆ =
Tc = Rc tan . ∆
= 318 tan
= 533,87 m
Ec = Tc tan .∆
= 533,87 tan . (118,44)
= 303,40 m
Lc =
=
= 1031,53 m
Dari titik -B
Rc = 318 m, ∆ =
Tc = Rc tan . ∆
= 318 tan . ()
= - 265,98 m
Ec = Tc tan . ∆
= - 265,98 tan . (
=96,57 m
Lc=
=
= 5575,53 m
Mencari posisi titik-titik tikungan
Sta A = 0 + 000
Sta TC = Sta A + – Tc
= (0 + 000) + 3201,56 – 533,87
= 0 + 2667,65
Sta CT= Sta TC + Lc
= (0 + 2667,65) + 1031,53
= 0 + 3699,18
Sta B = Sta CT – Tc +
= (0 + 3699,18) – 2667,65 + 1720,465
= 0 + 2751,995 m
- Menghitung Komponen Tikungan Jenis SS (Spiral – Spiral)
Dari titik A -
= . ∆
= . 118,44
=
Ls=
=
= 657,03 m
= 2 . Ls
= 2 . 657,03
= 1314,06 m
Ts= ( R + P ) tan . ∆ + K
= (318 + 0.0829) tan . 118,44 + 0,4826
= 319,78 m
Es = ( R + P ) sec . ∆ + K
= ( 318 + 0,0829) sec . 118,44 + 0,4826
= 318,05 m
Dari titik -B
=
= . 640,18
=
Ls =
=
=3551,29 m
= 2 . Ls
= 2 . 3551,29
= 7102,58 m
Ts = ( R + P ) tan . ∆ + K
= (318 + 0.0529) tan . 640,18 + 0,2826
=- 264,70 m
Es = ( R + P ) sec . ∆ + K
= ( 318 + 0,0529) sec . 640,18 + 0,2826
= 318,01 m
- Diagram Superelevasi
Lebar perkerasan = 2 x 3
Lereng melintang perkerasan = 2 % x 3 = 0,06
Lebar bahu = 2 x 1
Lereng normal = 2 %
L max = 4 %
E max = 10 %
E pakai = 9,8 %
- Elevasi pada titik A1
- Potongan I elevasi kiri = 145 – 0,06 = 144,94
- Potongan I elevasi kanan = 145 – 0,06 = 144,94
- Potongan II elevasi kiri = 145
- Potongan II elevasi kanan = 145 – 0,06 = 144,94
- Potongan III elevasi kiri = 145 + 0,06 = 145,06
- Potongan III elevasi kanan = 145 – 0,06 = 144,94
- Potongan IV elevasi kiri = 145 + 0,343 = 145,343
- Potongan IV elevasi kanan = 145 – 0,343 = 144,657
- Elevasi pada titik A2
- Potongan I elevasi kiri = 160 – 0,06 = 159,94
- Potongan I elevasi kanan = 160 – 0,06 = 159,94
- Potongan II elevasi kiri = 160
- Potongan II elevasi kanan = 160 – 0,06 = 159,94
- Potongan III elevasi kiri = 160 + 0,06 = 160,06
- Potongan III elevasi kanan = 160 – 0,06 = 159,94
- Potongan IV elevasi kiri = 160 + 0,343 = 160,343
- Potongan IV elevasi kanan = 160 – 0,343 = 159,657
- Elevasi pada titik B
- Potongan I elevasi kiri = 164 – 0,06 = 163,94
- Potongan I elevasi kanan = 164 – 0,06 = 163,94
- Potongan II elevasi kiri = 164
- Potongan II elevasi kanan = 164 – 0,06 = 163,94
- Potongan III elevasi kiri = 164 + 0,06 = 164,06
- Potongan III elevasi kanan = 164 – 0,06 = 163,94
- Potongan IV elevasi kiri = 164 + 0,343 = 164,343
- Potongan IV elevasi kanan = 164 – 0,343 = 164,657
Pelebaran perkerasan tikungan ( bagian dalam )
B =
=
= 2,721
Lebar perkerasan pada tikungan
Z = 0,105
= 0,105
= 0,067
C = lebar perkerasan samping kiri dan kanan
= 1,0
Tebal total perkerasan di tikungan
Bt = n ( B + C ) + Z
= 2 ( 2,721 + 1 ) + 0,067
= 7,509 m
Tambahan lebar di tikungan
= Bt – Bn
= 7,509 – 7
= 0,509 m
BAB IV
ALINYEMEN VERTIKAL
- Perhitungan Alinyemen Vertikal
- Perhitungan kelandaian
- Sta G1 0 + 12000 = 100
` 0 + 12700 = = - 6,57 % (naik)
- Sta G2 0 + 12700 = 146
0 + 13000 = = - 0,5 % (naik)
- Sta G3 0 + 12700 = 147,5
0 + 13250 = = - 0,45 % (naik)
- Sta G4 0 + 12700 = 150
0 + 13500 = = 0 % (rata)
- Sta G5 0 + 12700 = 150
0 + 13750 = = 0,095 % (turun)
- Sta G6 0 + 12700 = 151
0 + 14000 = = 0,077 % (turun)
- Sta G7 0 + 12700 = 152
0 + 14250 = = 0,065 % (turun)
- Sta G8 0 + 12700 = 153
0 + 14500 = = 0,056 % (turun)
- Sta G9 0 + 14500 = 155
0 + 14600 = = 0 % (rata)
- Sta G10 0 + 14500 = 155
0 + 15000 = = - 0,2 % (naik)
- Sta G11 0 + 14250 = 156
0 + 15400 = = - 0,087 % (naik)
- Sta G12 0 + 14000 = 157
0 + 15750 = = - 0,057 % (naik)
- Sta G13 0 + 13750 = 158
0 + 16150 = = - 0,042 % (naik)
- Sta G14 0 + 13650 = 159
0 + 16500 = = 0,035 % (naik)
- Sta G15 0 + 13500 = 160
0 + 16850 = = 0 % (rata)
- Sta G16 0 + 13750 = 160
0 + 17200 = = 0 % (rata)
- Sta G17 0 + 13200 = 160
0 + 17500 = = - 0,023 % (turun)
- Sta G18 0 + 13400 = 161
0 + 17750 = = - 0,023 % (turun)
- Sta G19 0 + 13750 = 162
0 + 18000 = = - 0,024% (turun)
- Sta G20 0 + 14100 = 163
0 + 18200 = = - 0,24 % (turun)
- Sta G21 0 + 14500 = 165
0 + 18500 = = 0 % (rata)
- Perhitungan alinyemen vertikal di tikungan
Vr = 80 km/jam
R min = 300 m
Rc = 318 m
D henti = 77,1 m
- Sta AI 0 + 100 ( elevasi + 145,00 ) PPV
D = g9 – g10
= 0 – (- 0,2)
= 0,2 % = 2
LV =
=
= 37,386
Ev =
=
= 0,094
Plv = STA + L -
= 0 + 100 -
= 81,307
Pv = 0 + 100
Elevasi = 145 – 0,094
= 144,906
Ptv = STA + L +
= 0 + 100 +
= 118,693
- Sta A2 0 + 4300 ( elevasi + 160,00 ) PPV
D = g19 – g18
= (-0,024) – (-0,023)
= 1 %
LV =
=
= 18,693
Ev =
=
= 0,023
Plv = STA + L -
= 0 + 4300 -
= 4290,654
Pv = 0 + 4300
Elevasi = 160 – 0,023
= 159,977
Ptv = STA + L +
= 0 + 4300 +
= 4309,346
- Menghitung volume galian dan timbunan
Perhitungan : ½ x jarak stasiun x tinggi elevasi x (lebar jalan + lebar bahu jalan)
No | Stasiun | Volume () | |
Galian | Timbunan | ||
1 | 0 + 000 - 0 + 400 | 30000 | - |
2 | 0 + 400 - 0 + 800 | 30000 | - |
3 | 0 + 800 - 1 + 200 | 30000 | - |
4 | 1 + 200 - 1 + 601 | - | 30075 |
5 | 1 + 601 - 2 + 001 | - | 30000 |
6 | 2 + 001 - 2 + 401 | - | 30000 |
7 | 2 + 401 - 2 + 801 | - | 30000 |
8 | 2 + 801 - 3 + 202 | - | 30075 |
9 | 3 + 202 - 3 + 202 | - | - |
10 | 3 + 202 - 3 + 827 | - | 46875 |
11 | 3 + 827 - 3 + 827 | - | - |
12 | 3 + 827 - 4 + 442 | - | 28875 |
13 | 4 + 442 - 4 + 442 | - | - |
14 | 4 + 442 - 4 + 442 | - | - |
15 | 4 + 442 - 4 + 442 | - | - |
16 | 4 + 442 - 5 + 000 | - | 41850 |
17 | 5 + 000 - 7 + 480 | 186000 | - |
18 | 7 + 480 - 9 + 960 | 186000 | - |
19 | 9 + 960 - 9 + 960 | - | - |
20 | 9 + 960 - 9 + 922 | 2850 | - |
21 | 9 + 922 - 9 + 922 | - | - |
TUGAS TERSTRUKTUR LAPORAN
PRAKTIKUM PERENCANAAN GEOMERIK JALAN RAYA
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Strata I Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Pengampu :
JUANITA, ST.MT
Disusun oleh:
TRI BAGUS WIDODO
(0603010003)
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2010
ÉOó¡Î0
«!$#
Ç`»uH÷q§9$#
É
OÏm§9$#
KATA PENGANTAR
Syukur alkhamdulilah saya panjatkan kehadirat allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Perencanaan Geometrik Jalan yang telah kami laksanakan melalui bimbingan dan pembelajaran dari pengampu bersangkutan.
Setelah kami melaksanakan dan menyelesaikan praktikum Perencanaan Geometrik Jalan yang meliputi perencanaan trase jalan, dari percobaan dan penelitian tersebut, maka kami dapat menyusun laporan praktikum tersebut meskipun dengan keterbatasan – keterbatasan yang ada.
Dalam penyusunan laporan ini, kami banyak mendapatkan bantuan, kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami sampaikan trimakasih kepada :
- Ibu JUANITA, ST.MT selaku dosen pengampu, pembimbing praktikum Perencanaan Geometrik Jalan.
- Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun laporan ini, semoga allah SWT memberikan taufik dab hidayahNya kepada kita semua. Dikarenakan keterbatasan kami, mungkin laporan ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Untuk itu kami selaku penulis mohon maaf yang sebesar – besarnya dan kami mohon kritik dan saran yang dapat membangun atau memperbaikinya supaya lebih baik lagi menyusun laporan praktikum kedepannya.
Purwokerto, 2010
TRI BAGUS WIDODO, ST.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN I
LEMBAR SOAL.................................... II
LEMBAR PETA.............................................................................................. III
LEMBAR ASISTENSI........................................................................................... IV
DAFTAR ISI...................................................................................................... V
KATA PENGANTAR............................................................................................... VI
BAB I. LANDASAN TEORI 1
- Jarak Pandang 2
- Alimyemen Horizontal................................................................................... 6
- Alinyemen Vertikal........................................................................................ 10
- Jembatan......................................................................................................... 12
BAB II. ANALISA PERENCANAAN TRASE JALAN.......................................... 13
- Perencanaan Trase Jalan 13
- Lalu Lintas Harian Rata – Rata 14
- Operasion ekiavalen akhir rencana 15
- Klasifikasi jalan.................................................................................. 15
- Operasion ekiavalen akhir rencana 15
BAB III. ALINYEMEN HORISONTAL................................................................. 16
- Perhitungan Alinyemen Horizontal 16
- Menghitung Komponen Tikungan Jenis FC (Full Circle)............................. 17
- Menghitung Komponen Tikungan Jenis SS (Spiral-Spiral).......................... 18
- Digram Superelevasi..................................................................................... 19
BAB IV. ALINYEMEN VERTIKAL...................................................................... 22
- Perhitungan Alinyemen Vertikal 22
- Perhitungan kelandaian 22
- Perhitungan alinyemen vertikal di tikungan......................................... 23
- Perhitungan volume galian dan timbunan............................................ 27
- Perhitungan kelandaian 22
LAMPIRAN
- GAMBAR PLAN PROFIL
- GAMBAR JEMBATAN
- DAFTAR PUSTAKA