Jumat, 23 Desember 2011

Prak. Ilmu ukur tanah

BAB I
PENDAHULUAN

Waterpass adalah salah satu alat untuk mengukur beda tinggi antar dua titik. Perhitungan waterpass dimaksudkan untuk mengetahui ketinggian suatu titik di atas permukaan bumi. Ketinggian disini adalah perbedaan vertikal antara dua titik / jarak dari dua bidang referensiyang ditetapkan ke suatu titik tertentu sepanjang garis vertikal.
Biasanya bidang referensi yang digunakan adalah muka air laut, sedang untuk pengukuran lokal bidang referensi tergantung pada kesempatan.
Bidang referensi Δh = Elevensi titik nol
Untuk penentuan selisih tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara penempatan alat penyipat datar tergantung pada keadaan lapangan.
Penentuan beda tinggi antara dua titik antara dua titik adalah selisih tinggi antara dua titik A dan B adalah Δh. Arah bidik ke titik A disebut pembacaan baak belakang dan ke titik B disebut pembacaan baak muka atau depan. Untuk mengurangi kesalahan di usahakan letak insterumen ditengah–tengah titik A dan B.
Selisih tinggi (H) besarnya adalah :
ΔH = bt - bt
belakang depan

Dimana : bt belakang : Pembacaan benang tengah belakang.
bt depan : Pembacaan benang tengah muka.
Jika hasil dari (Δh) positif, maka kondisi dari permukaan tanah naik (titik A ke titik B), ataupun sebaliknya. Jika hasil dari (Δh) negatif, maka kondisi dari permukaan tanah turun. Pembacaan dilakukan melalui rambu-rambu ukur yang dapat dilihat melalui teropong, pembacaan nama terlihat dalam suatu bidang diaferagma, dimana terbaca benang atas (ba), benang tengah (bt), benang bawah (bb). Yang benang tengah untuk mencarinya memakai rumus ½(ba + bb).
Jika jarak antara dua titik yang harus ditentukan selisih tingginya mempunyai jarak yang terlalu panjang sehingga rambu ukur dapat dilihat dengan jelas maka jarak tersebut dapat di bagi menjadi jarak antara yang lebih kecil jarak bidiknya biasanya 50 – 60 m.

BAB II
PENGUKURAN WATERPASSING

I. pengukuran waterpassing memanjang
( longitudinal sectioan )

Tujuan

Tujuan pengukuran waterpassing memanjang adalah untuk menentukan perbedaan tinggi dari dua titik atau lebih yang mana selisih tersebut didapat dari pembacaan garis visir horizontal yang dibaca dari garis ukur.

Alat yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran waterpassing memanjang adalah:
        1. Waterpass
        2. Rambu
        3. Kapur tulis

Cara Kerja

  1. Pekerjaan lapangan
      1. Survey pendahuluan
Survey pendahuluan bertujuan untuk pengenalan medan yang akan diukur dan untuk menentukan letak pemasangan patok yang telah ditentukan jaraknya yaitu ± 50 m tiap patok atau menyesuaikan kondisi medan/lokasi sehingga tidak menggagu pada saat pengukuran maupun aktifitas di lokasi tersebut.
      1. Pemasangan patok
Patok dipasang pada jarak ± 50 m tiap patok atau menyesuaikan kondisi medan/lokasi. Patok ditandai dengan menggunakan kapur tulis sehingga tidak menggangu aktifitas lainnya.
      1. Pengukuran
Pengukuran dimulai dari patok 1 hingga kembali lagi ke patok 1 juga. Sedangkan langkah-langkah pengukuran adalah sebagai berikut:
1). Buatlah sketsa situasi lokasi yang akan dijadikan objek pengukuran.
2). Pesawat diletakkan di antara patok 1 dan 2 dan diusahakan jarak patok 1 dengan pesawat dan patok 2 dengan pesawat adalah sama selanjutnya melakukan penyetelan.

ba ba


bt bt

bb bb
P2
P1
d1 d2



Gambar pengukuran Waterpassing memanjang
3). Gelembung “NIVO” disetel dengan menggunakan sekrup penyetel A, B, dan C. Sekrup penyetel A dan B yang berputar bersama masuk atau keluar agar gelembung “NIVO” berada diantara sekrup penyetel A dan B tersebut.
4). Pesawat disetel horizontal 90º, dengan cara memutar sekrup penyetel C masuk atau keluar sehingga gelembung “NIVO” berada diantara sekrup penyetel A dan B terhadap sekrup penyetel C.
5). Pesawat diputar mendatar 180º searah jarum jam, untuk mengontrol apakah gelembung “NIVO” sudah stabil. Selanjutnya pesawat diputar mendatar lagi 90º searah jarum jam, dan jika posisi “NIVO” tidah berubah, maka pesawat siap dioperasikan.
6). Rambu-rambu ukur, diletakkan di patok 1 dan patok 2.
7). Pertama, pesawat dibidikkan pada rambu di patok 1, kemudian baca data pengukuran benang tengah (bt), benang atas (ba), dan benang bawah (bb), selanjutnya hasil pengukuran tersebut dicatat kedalam formulir pengukuran sebagai data pengukuran ke arah belakang (patok 1) pengukuran pergi. Kemudian, pesawat diputar searah jarum jam dan dibidikkan ke patok 2 dan baca data pengukuran benang tengah (bt), benang atas (ba), dan benang bawah (bb), selanjutnya hasil pengukuran tersebut dicatat ke dalam formulir pengukuran sebagai data pengukuran ke arah muka (patok 2) pengukuran pergi.
8). Dengan cara yang sama, pesawat dipindahkan dan diletakkan diantara patok 2 dan patok 3, demikian seterusnya hingga didapatkan hasil pengukuran yang diharapkan.
2. Pekerjaan kantor/rumah
  1. Penyusunan data hasil lapangan
Setelah selesai pengukuran di lapangan, selanjutnya dari hasil pengukuran disusun kemudian dihitung. Data-data yang didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan adalah :
1). Gambar sketsa situasi lokasi yang diukur.
2). Formulir pengukuran waterpassing memanjang.
  1. Perhitungan waterpassing memanjang
1). Menghitung jarak antara patok dengan pesawat.
Jarak antara patok dengan pesawat dihitung dengan rumus:
d = (ba – bb) x 100
dengan : d = Jarak (m)
ba = Pembacaan benang atas
bb = Pembacaan benang bawah
2). Menghitung beda tinggi antara 2 patok.
Beda tinggi antara 2 patok di hitung dengan rumus :


Δh = bt - bt

belakang muka

dengan :
Δh = Beda tinggi (m)
bt belakang = Pembacaan benang tengah ke patok arah belakang
bt muka = Pembacaan benang tengah ke patok arah muka
Apabila Δh mempunyai nilai negatif (-), berarti elevasi patok di muka lebih rendah dari pada elevasi patok di belakangnya, dan sebaliknya jika Δh mempunyai nilai positif (+), berarrti elevasi patok di muka lebih tinggi dari elevasi patok di belakangnya.
3). Menghitung jumlah beda tinggi pergi.
jumlah beda tinggi pergi dihitung dengan rumus :
Σ Δh pergi = Δh1 + Δh2 + ……..+ (Δh n-1) + Δh n
4). Menghitung koreksi tiap-tiap patok.
Koreksi beda tinggi tiap-tiap patok dihitung jika jumlah total beda tinggi pengukuran pergi + jumlah total beda tinggi pengukuran pulang, tidak sama dengan nol, maka koreksi beda tinggi tiap-tiap patok denagn rumus :
kΔh = _ jarak bagian
jarak kota
5). Menghitung beda tinggi terkoreksi tiap-tiap patok.
Beda tinggi terkoreksi tiap-tiap patok dengan rumus:
Δh terkoreksi = Δh pergi + kΔh
6). Menghitung duga tinggi (elevasi) tinggi tiap-tiap patok.
Duga tinggi tiap-tiap patok dengan rumus :
En = En-1+ Δh terkoreksi
Sedangkan duga tinggi patok 1 atau patok yang lain ada yang diketahui.
PENGUKURAN WATERPASSING MEMANJANG

Pengukur : Kelompok II Cuaca : Cerah
Lokasi : Jalan Depan Auditorium UMP Hari : Jumat
Alat : Waterpass

Titik
Pembacaan rambu
Jarak
Beda tinggi
terkoleksi
Beda tinggi
terkoleksi

balik
muka

balik


















































































































































PENGUKURAN WATERPASSING MELINTANG
(CROSS SECTION)

Tujuan

Tujuan pengukuran waterpassing melintang adalah untuk menentukan elevasi potongan melintang suatu medan/lokasi yang berada di kanan dan kiri sepanjang medan tersebut.

Alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran waterpassing melintang adalah:
  1. Waterpass
  2. Rambu

Cara Kerja

1. Pekerjaan kantor/rumah
  1. Survey pendahuluan
Survey pendahuluan bertujuan untuk pengenalan medan yang akan diukur dan untuk menentukan letak titik-titik yang akan dibidik agar tidak terjadi kesalahan yang mendasar dalam pengukuran.
  1. Pengukuran profil
Pengukuran dilakukan mukai dari patok 1 hingga kembali lagi ke patok terakhir sesuai dengan rencana. Sedangkan langkah-langkah pengukuran adalah sebagai berikut:
1). Letakkan pesawat pada patok 1dan ukur tinggi pesawat dari permukaan tanah hingga pada as teropong.
2). Buatlah sketsa situasi lokasi yang akan dijadikan objek pengukuran.



Tgb

















Gambar Potongan Melintang Jalan
3). Pesawat diletakkan di atas patok 1, selanjutnya melakukan penyetelan alat.
4). Gelembung “NUVO” distel dengan menggunakan sekrup penyetel A, B, dan C. Sekrup Adan B yang diputar bersama masuk atau keluar agar gelembung “NUVO” berada diantara sekrup penyetel A dan B tersebut.
5). Pesawat distel horizontal 90˚, dengan dengan cara memutar sekrup penyetel C masuk atau keluar sehingga gelembung “NIVO” berada diantara sekrup penyetel A dan B terhadap sekrup penyetel C.
6). Pesawat diputar mendatar 180˚ searah jarum jam, untuk mengontrol apakah gelembung “NIVO” sudah stabil. Selanjutnya pesawat diputar mendatar lagi 90˚ searah jarum jam, dan jika posisi “NIVO” tidak berubah, maka pesawat siap di operasikan.
7). Pertama, ukur tinggi pesawat/alat (Ta) dari permukaan tanah hingga titik berat teropong, untuk menentukan tinggi garis bidik (Tgb), pesawat dibidikkan pada rambu di patok 2, kemudian baca data pengukuran benang tengah (bt), benang atas (ba), dan benang bawah (bb), selanjutnya hasil pengukuran tersebut di catat dalam formulir pengukuran sebagai data pengukuran ke arah muka (patok 2).
8). Selanjutnya, lakukan pengukuran arah melintang, kemudian baca data pengukuran benang tengah (bt), benang atas (ba), dan benang bawah (bb), lalu hasil pengukuran tersebut di catat ke dalam formulir pengukuran sebagai data pengukuran melintang, baik ke arah kiri maupun kanan.
9). Dengan cara yang sama, pesawat dipindah dan diletakkan di atas patok 2 pesawat dibidikkan pada rambu di patok 1, kemudian baca data pengukuran benang tengah (bt), benang atas (ba), dan benang bawah (bb), selanjutnya hasil pengukuran tersebut di catat ke dalam formulir pengukuran sebagai data pengukuran ke arah belakang (patok 1). Kemudian, pesawat diputar searah jarum jam dan dibidikkan ke patok 3 dan baca data pengukuran benang tengah (bt), benang atas (ba), dan benang bawah (bb), lalu hasil pengukuran tersebut dicatat ke dalam formulir pengukuran sebagai data pengukuran ke arah muka (patok 2) pengukuran pergi, demikian seterusnya hingga didapatkan hasil penkuran yang diharapkan.

2. Pekerjaan kantor/rumah
  1. Penyusunan data dari lapangan
Setelah selesai pengukuran di lapangan, selanjutnya dari hasil pengukuran disusun kemudian dihitung. Data-data yang didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan adalah :
1). Gambar sketsa situasi lokasi yang diukur.
2). Formulir pengukuran waterpassing melintang.



b. Perhitungan waterpassing melintang
1). Menghitung jarak antara patok dengan pesawat.
Jarak antara patok dengan pesawat, dihitung dengan rumus :
d = (ba – bb) x 100
Dengan : d = Jarak (m)
ba = Pembacaan benang atas
bb = Pembacaan benang bawah
2). Menghitung tinggi garis bidik.
Tinggi garis bidik pengukuran dihitung dengan rumus :
Tgb = Ea + Ta atau Tgb = Ep + bt
Dengan :
Tgb = Tinggi garis bidik (m)
Ea = Tinggi/elevasi letak pesawat (m)
Ta = Tinggi alat (m)
Ep = Tinggi/elevasi yang diukur
Bt = Benang tengah hasil pengukuran titik yang dibidik
3). Menghitung elevasi tinggi titik.
Elevasi tinggi titik ditung dengan rumus :
E = Tgb - bt








PENGUKURAN WATERPASSING MELINTANG

Pengukur : Kelompok II Cuaca : Cerah
Lokasi : Jalan Depan Auditorium UMP Hari : Jumat
Alat : Waterpass




Titik
Sasaran
Pembacaan
Benang
Tengah
Tinggi Garis
Bidik
(Tgb)
Duga Tinggi
Titik
(m)
Jarak
(m)
Tinggi
Alat
(m)
Tinggi
Titik
m)
4


122,115

1,38


Kiri
1,48







1,45






1,42







123,495

6

122,045

Kanan 1
1,43







1,415






1,40








123,495

3

122,08

Kanan 2
1,435







1,4175







1,40








123,495

3,5

122,042

Kanan 3
1,795







1,777







1,76








123,495

3,5

121,7175

Kanan 4
1,805







1,775







1,745








123,495

4

121,72

Kanan 5
1,435







1,415







1,395








123,495

4

122,08

Kanan 6
1,44







1,405







1,37








123,495

5

122,09








3



121,233

1,38


Kiri
1,51







1,485







1,46








122,613

5

121,128

Kanan 1
1,49







1,47







1,45








122,613

4

121,08

Kanan 2
1,49







1,47







1,45








122,613

4

121,143

Kanan 3
1,94







1,9175







1,895





122,613

4,5

199,695

Kanan 4
1,94







1,915







1,86








122,613

5

119,698

Kanan 5
1,475







1,4475







1,42








122,613

5,5

120,1655

Kanan 6
1,45







1,42







1,39








122,613

6

120,193








2



120,465

1,38


Kiri
1,48







1,465







1,47








121,845

1

120,38

Kanan 1
1,45







1,49







1,43








121,845

2

120,355

Kanan 2
1,4575







1,44625







1,435








121,845

2,25

120,398

Kanan 3
2,01







1,9975







1,985








121,845

2,5

119,845

Kanan 4
2,015







2,00







1,985








121,845

3

119,8475

Kanan 5
1,465







1,44875







1,4325





121,845

3,25

120,396

Kanan 6
1,465







1,445







1,425






121,845

3,25

120,399








1



120

1,39


Kiri
1,495







1,48







1,465








121,39
3

119,91

Kanan 1
1,405







1,395







1,385








121,39

2

119,995

Kanan 2
1,405







1,3925







1,38








121,39

2,5

119,9975

Kanan 3
2,00







1,985







1,97








121,39

3

119,405

Kanan 4
2,205







2,00275







1,99








121,39

3,5

119,387

Kanan 5
1,40







1,3825







1,365








121,39

3,5

120,0075

Kanan 6
1,34







1,32







1,30
121,,39

4

120,067



PENGUKURAN PENGGAMBARAN DENAH
LINGKUNGAN DAN LAPANGAN VOLI

Pengukur : Kelompok II Cuaca : Cerah
Lokasi : Lingkungan dan Lapangan Voli Hari : Jumat
UMP
Alat : Waterpass


Titik
Pembacaan Benang
Sudut
Jarak
P1
1,39



1,35
0,00˚


1,31






T1
1,40



1,30
63,5˚
20

1,20





T2
1,650



1,56
19,5˚
18

1,47





T3
1,53



1,425
127,5˚
21

1,32






T4
1,34



1,295
299,5˚
9

1,25






T5
1,32



1,295
238˚
7

1,25






T6
1,29



1,18
249,5˚
20

1,08






T7
1,401



1,305
273˚
21

1,20






P1-P2
1,38



1,27



1,16
284,5˚
22




P1-P2
0,00˚





T8
1,36



1,335
105,5˚
6

1,30





T9
1,32



1,25
78˚
13

1,19






T10
1,365



1,25
113,5˚
21

1,14






T11
1,350



1,242
138˚
17,5

1,14






T12
1,40
125˚
50

1,15



90






T13
140



1145
123,5˚
51

89






T14
120



92
157˚
34

86









































BAB III
KESIMPULAN


Dalam suatu pengukuran terdapat kondisi yang tidak dapat dihindarikan, antara lain:
1). Tidak ada suatu pengukuran yang menghasilkan angka pasti.
2). Setiap pengukuran akakn berisi kesalahan-kesalahan.
3). Timbulnya suatu kesalahan tidak dapat kita hindari.
Jenis-jenis kesalahan pengukuran :
1). Kesalahan Sistematika
kesalahan ini berhubungan dengan hokum-hukum matematika dan fisika,biasanya juga disebut kesalahan komulatif.
2). Kesalahan Acak (Random)
kesalahan ini tetap akan timbul setelah kesalahan sistematika dapat dieliminasi, hal ini di karenakan faktor-faktor di luar kemampuan Imveyor.